Jumat, 29 Juni 2012

TTT

Selaginella sp.
Gambar



Nama umum:
Selaginella ini memiliki banyak nama lokal seperti rumput Solo, cemara kipas gunung, cakar ayam (Jawa), paku rane (Sunda), menter (Jakarta), tai lantuan (Madura), Usia (ambon), sikili batu, lingonai (Minangkabau), dan shi shang be atau juan bai (Cina). Dalam bahasa Indonesia tumbuhan ini biasa disebut cakar ayam atau paku rane, Tapak doro, dan Ta lantuan


Klasifikasi
Kingdom:  Plantae            
Subkingdom: Pteridophyta
Divisi: Lycopodiophyta
Kelas: Lycopodiopsida 
Ordo: Selaginellale
Famili: Selaginellaceae 
Genus: Selaginella
Spesies: Selaginella sp.

Deskripsi
Bangsa Selaginellales (paku rane, paku lumut) hanya terdiri atas satu suku Selaginellaceae dengan satu marga Selaginella yang seluruhnya meliputi kira-kira 700 jenis. Sporofit dari Selaginellales dalam beberapa hal menunjukkan persamaan dengan Lycopodiales. Ada jenis yang berukuran kecil mirip dengan lumut hati yang berdaun dan tumbuh diantara tumbuhan lumut, sehingga sering dinamakan juga paku lumut (Dasuki, 1991).

Habitat Selaginella plana Hieron ini merupakan jenis paku tanah yang mana tumbuhan paku jenis ini tumbuh pada batu-batuan atau tebing sungai. Menyukai kelembapan. Rimpangnya menjalar pada permukaan batuan dan akar-akarnya masuk ke celah-celah batu. Habitus pada selaginella ini yaitu perdu yang mana mempunyai ciri-ciri pendek, berkayu, mempunyai percabangan langsung dan biasanya tinggi di atas permukaan tanah sekitar 1 m.

Habitus bangsa Selaginellales  ini hampir bersamaan dengan Lycopodiinae. Sebagian mempunyai batang berbaring dan sebagian berdiri tegak, bercabang-cabang menggarpu anisotom, tidak memperlihatkan pertumbuhan menebal sekunder. Ada yang tumbuhnya membentuk rumpun, ada yang memanjat dan tunasnya dapat mencapai panjang sampai beberapa meter (Tjitrosoepomo, 1994).

Siklus hidup
Selaginella bersifat heterospora (Aziz, 2008:179) protaliumnya amat kecil, jadi telah mengalami reduksi yang jauh. Spora pada tumbuhan paku heterospora berkembang secara endosporik. Menurut Tjitrosomo (1986:131-132), disini terbentuk dua macam spora: mikrospora yang dibentuk dalam mikrosporangia dan megaspora dalam megasporangia. Tiap megasporangium mengandung empat megaspora yang besar, yang dibentuk dari satu sel induk spora. Sebenarnya sejumlah sel induk spora terbentuk semuanya, kecuali hilang sebelum terjadi meiosis.

Gametofit jantan dibentuk seluruhnya di dalam dinding mikrospora. Tahap pertama perkecambahan menghasilkan dua sel. Yang satu besar dan menduduki sebagian besar ruang di dalam spora, dan lainnya yang disebut sel protalium kecil dan berbentuk lensa. Sel yang besar tadi berbelah berulang kali. Beberapa sel dihasilkan dari pembelahan ini membentuk selubung yang disebut anteridium. Lainnya membentuk sel-sel tengah, sel protalium dan sel selubung anteridium kemudian hancur, sehingga tertinggal gametofit jantan matang yang hanya mengandung sperma dalam jumlah besar tersimpan didalam dinding mikrospora. Mikrospora dilepaskan dari sporangium beberapa saat sebelum terbentuknya sperma sehingga gametofit jantan berlangsung secara mandiri.

Megaspora berkecambah membentuk gametofit betina multiseluler, atau protalus. Pertumbuhan protalus betina akhirnya menyebabkan dinding spora retak dan pecah, dan keluarlah suatu bantalan jaringan yang menampung sejumlah arkegonia terbenam yang mengecil. Pada saat ini dinding sporangium membuka, dan dalam banyak spesies megasporanya dengan kandungan protalus jatuh ke tanah, kadang-kadang sebelum protalus tersebut matang. Jika mikrospora dan megaspora jatuh berdekatan, sperma-sperma berenang ke arah telur melalui suatu selaput air, maka pembuahan akan terjadi dan sporofit muda berkembang.



MANFAAT
Selaginella telah dimanfaatkan oleh berbagai peradaban di dunia sebagai tumbuhan obat sejak dahulu kala. Tumbuhan ini telah dikenal dalam pengobatan Cina maupun India sejak ribuan tahun yang lalu. Pemanfaatan Selaginella relatif merata di seluruh dunia. Di banyak daerah di Indonesia, tumbuhan ini digunakan untuk perawatan pasca persalinan atau mengobati luka. Dapat dimakan sebagai lalapan dan untuk pengobatan. Masyarakat Dayak di sekitar TN Kayan Mentarang, Kalimantan Timur menggunakanSelaginella plana untuk mengobati pendarahan. Masyarakat Sunda dan Kasepuhan di sekitar TN Gunung Halimun-Salak, Jawa Barat menggunakan berbagai spesies Selaginella untuk mengobati luka, pasca persalinan dan gangguan menstruasi. DaunSelaginella plana yang direbus diminum sebagai tonik untuk perawatan pasca persalinan. Tumbuhan ini dikenal juga sebagai obat penasak darah dan obat ulu hati, selain sebagai tanaman obat rane biru ini juga untuk tanaman hias (Setyawan,dkk.2008.71).

 


DAFTAR PUSTAKA

Aziz, Abdul.Dkk.2008.Dan Alampun Bertasbih. Jakarta: Balai Pustaka.
Setyawan, Ahmad Dwi. Dkk.2008. Review: senyawa biflavonoid pada selaginella pal. Beauv. Dan pemanfaatannya.Jurusan biologi, Fmipa, Universitas Sebelas Maret (UNS) Surakarta, Program Doktor, Sekolah Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor (IPB) Bogor Departemen Kimia, Fmipa, Institut Pertanian Bogor (IPB) bogor. 9. (I). 64-81 .
Tjitrosoepomo, Gembong. 1986. Taksonomi Tumbuhan (Taksonomi Khusus). Jakarta : Bhratara Karya Aksara.
Tjitrosomo, Siti Sutarmi. 1986. Botani Umum 3. Bandung: Angkasa.
Lipi. 1979. Jenis Paku Indonesia. Jakarta : Balai Pustaka.




Tidak ada komentar:

Posting Komentar